Rabu, 11 Mei 2016

PANGLIMA BURUNG DAYAK: Misteri Panglima Guntur Di Bumi Sambas

BegalInformasi.com - Negeri Sambas banyak menyimpan misteri yang belum terpecahkan hingga sekarang, banyak cerita-cerita rakyat yang berkembang dari mulut ke mulut secara turun temurun. Dewasa ini, Negeri Sambas didiami 3 (tiga) etnis mayoritas yaitu Melayu Sambas, Dayak, dan Tionghoa serta disusul etnis Jawa, Minang, Padang, Bali, dan lainnya.

Negeri Sambas meliputi wilayah SingBeBas yaitu Kota Singkawang, Kabupaten Bengkayang dan Kabupaten Sambas. Wilayah ini berpatokan bekas wilayah kedaulatan Kesultanan Sambas pada zaman dahulu. Beragam sub suku Dayak yang mendiami Negeri Sambas, mulai dari Dayak Salako hingga Dayak Bakati.

Dalam masyarakat Pulau Kalimantan, khususnya masyarakat Dayak dan Sambas, percaya akan sosok panglima perang yang sangat melegenda yaitu Panglima Burung / Panglima Besar Dayak / Panglima Perang. Sosok ini disebut-sebut sangat agung, sakti, berwibawa dan ksatria.

Menurut cerita yang berkembang, Panglima Dayak ini hidup dan tinggal di pegunungan perbatasan antara Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah. Ia bersembunyi dan bertapa di gunung dan menyatu dengan alam. Selama beratus tahun hidup dalam pertapaan di gunung dan akan 'turun gunung' kalau ada situasi genting seperti kekacauan dan kerusakan di tanah Kalimantan.

Banyak versi cerita mengenai sosok panglima tertinggi masyarakat Dayak (Panglima Burung), tetapi secara nasional nama Panglima Burung mencuat ke seluruh Nusantara saat pertikaian etnis di Bumi Sambas dan Sampit.

Baca juga: Fenomena Mistis Kerajaan Gaib Negeri Paloh

Pada kali ini, saya akan fokus untuk membahas Panglima Burung yang berperan aktif saat pertikaian etnis di Bumi Sambas. Sebagian masyarakat Sambas percaya jelmaan Panglima Burung yang gaib ini, dan cerita ini saya rangkum dari beberapa tetua di tanah Sambas dan sumber-sumber pendukungnya serta artikel ini bersifat informasi.

Saya garisbawahi kalau artikel ini tidak bermaksud untuk membahas pertikaian yang pernah ada di Bumi Sambas, akan tetapi saya terfokus sosok Panglima Burung dan ini hanyalah sebuah cerita rakyat yang masih terngiang pada masyarakat Suku Dayak di Pulau Kalimantan, khususnya Sambas.

Buat para pembaca blog begalinformasi.com.com, ada 3 (tiga) golongan yang saya kategorikan, yakni:

    Percaya

  • Tidak Percaya

    Ragu-ragu.

Banyak sekali cerita terkait Panglima Burung yang beredar, namun ada satu versi yang menurut saya sangat tepat menggambarkan apa dan siapa itu Penglima Burung. Di Bumi Sambas yang melegenda adalah sosok yang menggambarkan orang Dayak secara umum yang bernama Panglima Guntur. Panglima Guntur dipercaya bertugas menjaga tanah pusaka Negeri Sambas.

Panglima Guntur adalah perlambang orang Dayak, baik dari sifatnya, tindak-tanduknya, dan segala sesuatu tentang dirinya.
 
Lalu bagaimanakah seorang Panglima Burung itu, bagaimana ia bisa melambangkan orang Dayak? Selain sakti dan kebal, Panglima Burung juga adalah sosok yang kalem, tenang, penyabar, dan tidak suka membuat keonaran. Ini sesuai dengan tipikal orang Dayak yang juga ramah dan penyabar.

Panglima Burung Suku Dayak


Masyarkaat Dayak percaya ketika Panglima Guntur 'turun gunung' dari pertapaan di gunung akan disertai suara gemuruh dari langit, yaitu guntur. Maka dari itu, ia mendapat gelaran Panglima Guntur, dan juga mempunyai nama lain yaitu Panglima Angsa yang artinya guntur atau kilat.

Menurut cerita, Panglima Guntur memakai Gelang Besi Kuning disertai Mahkota. Pada pertikaian etnis di Bumi Sambas, Panglima Guntur mengerahkan anak buahnya dari kaum bunian (kerajaan Batu Bejamban Paloh) dengan mengenakan ikat kepala kuning.

Ketika pertikaian terjadi, masyarakat Sambas khususnya Melayu dan Dayak heran akan pasukan yang mengenakan ikat kepala kuning yang mereka tidak tahu dari mana datangnya. Masyarakat Melayu Sambas pun ikut mengenakan ikat kepala kuning dan masyarakat Dayak mengenakan ikat kepala berwarna merah.

Konon ketika terjadi pertikaian Panglima Guntur dipercayai masyarkat Sambas membantu menyatukan suku Dayak di pedalaman Kalimantan. Bahkan Suku Dayak yang berada di Malaysia ada yang turun ke Negeri Sambas untuk bersatu membantu masyarakat Sambas.

Baca juga: Sepotong Sejarah Kerajaan Raden Janur - Tan Unggal - Ratu Sepudak
  
Cerita mandau terbang pun menjadi buah bibir masyarakat Sambas dan Sampit saat terjadinya pertikaian. Karena Panglima Guntur dan pasukan dari kaum bunian notebane-nya tidak bisa dilihat dengan mata telanjang, membantu masyarakat Sambas memenangkan pertikaian itu, mereka dapat dengan tepat mencari dan menebas (mengayau) kepala musuh-musuh di tempat yang tersembunyi sekalipun.


Selain banyaknya versi cerita, di penjuru Kalimantan juga ada banyak orang yang mengaku sebagai Panglima Burung, seperti di Tarakan, Sampit, atau pun Pontianak. Sekitar tahun 1800an, ada 5 (lima) Panglima Dayak yang ada di tanah lelulur Kalimantan yaitu Panglima Guntur, Panglima Naga Sabui, Panglima Burung, Panglima Batur dan Panglima Antang.


Tidak tahu kapan tepatnya Panglima Guntur hadir ditengah-tengah masyarkat Sambas. Bermula dari Raden Sulaiman (raja pertama Kesultanan Sambas) diberi 3 (tiga) meriam kecil dari mertuanya yaitu Ratu Sepudak. Meriam kecil itu merupakan hasil pertapaan para raja-raja Sambas sebelum berdirinya Kesultanan Sambas.


3 (tiga) meriam peninggalan Ratu Sepudak adalah:
  • Raden Sambir, lela (meriam kecil) yang panjang berbuntut,
  • Raden Mas, lela (meriam kecil) yang besar pendek,


Meriam Beranak Keraton Sambas


Anehnya, masih memiliki 4 saudara yang berupa meriam kecil juga. Keempat pusaka meriam kecil itu datang dengan sendirinya, masing-masing bernama: Raden Putri, Ratu kilat, Pangeran Pajajaran dan Panglima Guntur.



Baca juga: Kisah TanNunggal serta Bujang Nadi Dare Nandung di Sambas Kalimantan Barat

Panglima Guntur menjelma menjadi sebuah lela (meriam kecil) atau masyarakat Sambas lebih mengenalnya dengan Meriam Beranak. Tidak tahu persis bagaimana Panglima Guntur bisa tunduk kepada Kesultanan Sambas. 

Tapi ada cerita yang menyebutkan Panglima Guntur dan pasukannya sedang terbang di hutan hendak menyerang Kesultanan Sambas. Dengan di bantu Kerajaan Gaib Batu Bejamban Paloh dan ayat Kitabullah (ayat kursi), maka runtuhlah pasukan Panglima Guntur. Sejak peristiwa itulah mereka tunduk kepada Sultan Sambas.


Ciri-ciri Panglima Dayak yang berhasil saya rangkum adalah:

  • Tatto Melingkar dari kaki sampai ujung kepala atau belakang kepala.
  • Mahkota Terbuat dari Besi Kuning
  • Ketiga Rambut Dari Bunyian/Mahluk Halus yang di-kayau (kayau adalah tradisi suku Dayak jaman dahulu) 
  • Memakai Gelang Besi Kuning atau Gelang ara latek lantak
  • Jarang "turun gunung" kecuali untuk urusan genting seperti kekacauan dan kerusakan di tanah Kalimantan.
  • Ia jarang bahkan sudah lama tidak menampakkan dirinya karena Ia bersembunyi dan bertapa di gunung dan menyatu dengan alam. 



Memang legenda yang berkembang sekarang kebanyakan memiliki makna yang tersirat. Banyak misteri yang belum terpecahkan karena kurangnya data yang dapat memperkuat dugaan yang selama ini terngiang di masyarakat. Mungkin setiap daerah mempunyai cerita tersendiri untuk mendeskripsikan sosok Panglima Burung atau Panglima Perang Suku Dayak.



Sumber : misterpangalayo.com

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : PANGLIMA BURUNG DAYAK: Misteri Panglima Guntur Di Bumi Sambas

Comments
0 Comments