Kisah bermula pada kekafiran, kesombongan
dan
keingkaran bangsa Mesir yang mengikuti Fir?aun dalam menentang
Allah SWT dan nabinya Musa as dan yang menindas bangsa Israel, padahal
telah nyata petunjuk bagi mereka dan telah diperlihatkan
kejadian-kejadian luar biasa kepada mereka sebagai tanda kekuasaan Allah
SWT, tetapi hati mereka tidak mau sadar, tidak mau kembali kepada
kebenaran dan beriman kepada Allah SWT.
Sangat sedikit yang beriman dari
orang-orang Mesir, ada yang mengatakan hanya tiga orang yang beriman,
yaitu istri Fir’aun, seorang dari pengikut Fir’aun dan seorang pemberi
nasehat.
Karena, Fir’aun dan bangsanya tetap
ingkar dan sombong, Nabi Musa as meminta kepada Fir’aun untuk
meninggalkan Mesir beserta orang-orang Bani Israel, namun Fir’aun
menolak permintaan ini. Maka turunlah perintah Allah SWT :
Dan sesungguhnya telah Kami wahyukan
kepada Musa: “Pergilah kamu dengan hamba-hamba-Ku (Bani Israil) di malam
hari, maka buatlah untuk mereka jalan yang kering di laut itu, kamu tak
usah khawatir akan tersusul dan tidak usah takut (akan tenggelam)”. [QS. 20:77]
Maka pergilah nabi Musa as bersama-sama
kaumnya Bani Israel pada malam itu juga, dan pada pagi harinya, tidak
ada seorangpun dari kaum nabi Musa as yaitu Bani Israel yang tertinggal
di Mesir, mereka telah pergi meninggalkan Mesir.
Pagi harinya, mengetahui orang-orang
Israel telah meninggalkan Mesir, Fir’aun sangat marah dan segera
mengumpulkan tentaranya, kereta dan kuda yang ada di seluruh wilayah
Mesir untuk mengejar nabi Musa as dan orang-orang Israel. Dengan marah
Fir’aun berkata kepada pasukannya :
“Orang-orang itu berjumlah tidak banyak, dan sesungguhnya, mereka telah benar-benar membuat kita marah”
Kemudian setelah tentara dan kuda-kuda terkumpul, diberangkatkanlah pasukannya mengejar Nabi Musa as dan Bani Israel.
”Maka Fir’aun dan bala tentaranya
dapat menyusuli mereka di waktu matahari terbit. Maka setelah kedua
golongan itu saling melihat, berkatalah pengikut-pengikut Musa:
“Sesungguhnya kita benar-benar akan tersusul”. Musa menjawab:
”Sekali-kali tidak akan tersusul; sesungguhnya Rabbku besertaku, kelak
Dia akan memberi petunjuk kepadaku”. [QS: 26:60-62]
Ketika pengikut nabi Musa as dalam keadaan ketakutan karena akan segera tersusul, turunlah firman Allah SWT :
Lalu Kami wahyukan kepada
Musa:”Pukullah lautan itu dengan tongkatmu”. Maka terbelahlah lautan itu
dan tiap-tiap belahan adalah seperti gunung yang besar. [QS. 26:63]
Maka melintaslah nabi Musa beserta
kaumnya Bani Israel, dan Fir’aun beserta pasukannya menyusul
dibelakangnya. Ketika Nabi Musa as dan pengikutnya sampai di daratan
yang tinggi dan Fir’aun beserta pasukannya masih ditengah-tengah lautan,
maka datanglah pertolongan Allah SWT kepada nabi Musa as :
Dan Kami selamatkan Musa dan orang-orang yang besertanya semuanya. Dan Kami tenggelamkan golongan yang itu. [QS. 26:65-66]
Tenggelamlah Fir’aun beserta pasukannya
dan tak seorangpun terselamatkan nyawanya termasuk Fir’aun. Namun
Fir’aun saat-saat akhir menjelang kematiannya, dia baru sadar atas
keingkarannya dan dia sempat mengucapkan kalimat tauhid dan berserah
diri kepada Allah SWT :
Hingga bila Fir’aun itu hampir
tenggelam berkatalah dia: ”Saya percaya bahwa tidak ada Ilah melainkan
yang dipercayai oleh Bani Israil, dan saya termasuk orang-orang yang
berserah diri (kepada Allah)”. [QS. 10:90]
Dengan perngakuan Fir’aun tersebut, Allah
SWT berkenan menyelamatkan mayat Fir’aun agar tidak sampai hancur di
dalam lautan, dan agar tubuh Fir’aun yang dibiarkan utuh tersebut dapat
menjadi pelajaran bagi manusia kelak :
Maka pada hari ini Kami selamatkan
badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang
sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari
tanda-tanda kekuasaan Kami. [QS. 10:92]
Begitulah, Allah SWT menjaga tubuh
Fir’aun tetap utuh walaupun tertelan lautan, untuk menjadi pelajaran dan
sebagai tanda-tanda kekuasaan-NYA bagi orang-orang yang datang
sesudahnya, bukan hanya kisah tenggelamnya Fir’aun yang menjadi
pelajaran dan sebagai tanda-tanda kekuasaan Allah SWT, tetapi tubuh
fisiknya juga.